Kenangan Di Balai Kota Payakumbuh Exs Lapangan Bola Paliko
Foto ini adalah Balai Kota Payakumbuh. Dulu lokasi ini Lapangan Bola Poliko dan kemudian hari bernama Lapangan Kapten Tantawi. Lapangan ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
Di seberang jalannya yaitu Bank BTN sekarang adalah rumah sakit. Dan SD Negeri di depan Balai Kota ini termasuk sekolah lama. Dan tidak jauh dari sana, dekat simpang Bunian itu ada Kantor Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota pada zaman dulu.
Di mana lokasinya? Tentu saya akan memberi tahukannya di buku Pajacombo. Insya Allah akan diterbitkan dalam 2 jilid dengan 2 sub judul dengan cover buku yang beda pula.
sumber : Lapangan Poliko
Lapangan ini pada zaman dulu
Sebagai tempat upacara 17 agustusan. Setiap SD, SMP, SMA, diutus beberapa orang siswa untuk datang upacara ke sini. Selain itu, lapangan ini selalu gemuruh dengan sorak penonton ketika pertandingan sepakbola sedang berlangsung. Sekolah ST atau SMP 8 sekarang merupakan lawan tangguh bagi SMP manapun. Termasuk di dalamnya SMP 5 dan SMP Standar (sekarang SMP 4).
Baca juga artikel menarik tentang Mengenang Zaman Radio Di Payakumbuh dan Lima Puluh Kota
Tahun 90-an, semangat olahraga dan berkesenian sangat besar di Payakumbuh. Sehingga melahirkan atlet-atlet nasional seperti Nil Maizar, dll. Di dalam lapangan Poliko ini juga pernah diadakan konser-konser dengan artis ibukota.
Serasa wah sekali waktu itu ketika bisa melihat langsung seorang artis. Dan tak jarang, lapangan ini juga menjadi tempat kampanye akbar bagi sebuah partai politik.
Dizaman itu partai politik cuma tiga maka berganti-gantian memakai lapangan ini. Tentu kampanye akbar itu juga mendatangkan artis ibukota untuk menyedot masa datang lebih banyak. Maka bergoyang ria lah warga kota di hari yang panas itu.
sumber : Balai Kota Payakumbuh
Lapangan Poliko ini belum pernah seramai ketika alm KH Zainuddin MZ, da’i sejuta umat, datang ke Payakumbuh dan menyampaikan ceramah di lapangan ini. Saking ramainya jamaah memadati hingga luar lapangan. Kisah itu sekitar tahun 1989/1990, di mana kaset-kaset beliau sangat booming di putar di radio-radio, pasar, masjid, kata Zikri Zet mengenang masa kecilnya di pasar ini.
Sebelum lapangan ini dialihfungsikan, dulu sangat menakutkan melewati jalan sekitar lapangan ini. Apalagi ketika jam sudah lewat 10 ke atas. Di sini sering duduk-duduk beberapa orang mirip perempuan berambut panjang, menghisap rokok, dan sesekali menyetop orang yang lewat.
Mulanya aneh juga, namun ketika suaranya terdengar seperti suara laki-laki, tentu didorong saja sepeda sambil berlari sekencang-kencangnya.
Feni Efendi, pencatat memori kolektif.