Mengenang Zaman Radio Di Payakumbuh dan Lima Puluh Kota
Foto ini adalah radio. Salah satu memori penting bagi warga kota zaman dulu. Umumnya radio warga saat itu memakai baterai. Terkadang baterai itu dijemur siang hari supaya makin kuat lagi dayanya, pikir warga kota saat itu.
Radio-radio itu bisa disandang. Di bawah ke sawah dan diletakkan di atas pembatang sawah. Dan tentu akan menjadi hiburan bagi warga kota yang menjadi petani saat itu. Terkadang radio ini juga sangat penting dibawa ke pondok durian. Dan pada malam yang hening, di tengah suara serangga, radio-radio ini suaranya mengalun jauh menerima siaran berita RRI.
Ada juga sebagian warga sudah memiliki radio tape racorder
Tentu si anu sekali orang yang telah punya ini. Apalagi ditambahkan dengan speaker aktif, tentu suatu yang sangat mewah di saat itu.
Ketika telah tiba sandiwara radio saat itu, para warga akan berkumpul di jenjang rumah tetangga mendengarkan itu. Ada sandiwara saur sepuh, timun emas, dll. Dan hanya anak-anak zaman dulu yang bisa merasakan bagaimana serunya mendengar sandiwara radio.
sumber : foto crew radio harau fm
Di sela-sela sandiwara radio itu tentu ada iklannya. Iklan yang paling diingat yaitu iklan NZ Optical tentang “Lah kabua pulo mato fera”. Dan iklan-iklan lainnya seperti Iklan Toko Wan Susila Baru, Sinar Pagi, dll. Dan tentu, pada masa itu, penyiar Kak Nana dan Kak Yunaz dari Radio Pemda selalu dikenal. Serta penyiar Mak Pado dan Om Dallu Awartha dari Radio Harau juga selalu dinanti-nanti. Apalagi ketika membacakan kartu-kartu di udara. Senang sekali rasanya kalau nama kita disenggol.
Baca Juga artikel menarik berikutnya tentang Kenangan Di Balai Kota Payakumbuh Exs Lapangan Bola Paliko ( Kapten Tantawi )
Sore harinya, hal yang paling dinanti anak muda adalah tangga lagu yaitu lagu-lagu apa saja yang menduduki puncak teratas pada minggu itu. Anak-anak zaman dulu menggemari lagu-lagu Malaysia seperti Saleem Iklim, UKs, Spoon, Emy Searc. Dan siapa yang tidak ingat dengan lagu Isabela yang selalu hits diputar di radio saat itu. Atau lagu Andre Stinki yang berjudul Mungkinkah.Begitulah memori masyarakat kota tentang radio pada zaman dulu.
Feni Efendi, pencatat memori kolektif.